Rabu, 30 Januari 2013

Analisa Formalin Dengan Asam Kromatofat

Salam karya !!! (Totalitas Berkarya)





Alat:
1.       Kompor spitrus
2.       Gelas beker
3.       Pipet volum
4.       Spatula

Bahan:
1.       Sampel (bakso)
2.       Aquades
3.       Asam kromatofat 1M

Prosedur:
1.       Dipanaskan 25ml aquades hingga mendidih
2.       Dimasukkan sampel yang telah dihaluskan
3.       Dimasukkan 5ml asam kromatofat
4.       Diaduk
5.       Diamati. Jika warna sampel berubah dari bening menjadi ungu, maka sampel positif mengandung formalin. Semakin ungu warna yang dihasilkan, maka kandungan formalinnya makin besar.

*perubahan warna terjadi jika kadar formalin dalam sampel sebesar 8 ppm

Sumber: Linawati Hardjito dan Ella Salamah, Departemen THP - IPB

ASAM KROMATOFAT

apa sih asam kromatofat?? jujur ane juga baru denger nama senyawa itu, langsung deh ane tanya ke gudangnya ilmu..siapa lagi kalau bukan mbah google.. ane search dulu ndoo

yaa. ternyata asam kromatofat ituu....

       Asam kromatofat dengan rumus molekul C10H6O8S2Na2.2H2O digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari bahan. Formalin juga bereaksi dengan asam kromatofat menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan cara menambahkan asam fosfat dan hidrogen peroksida. Caranya bahan yang diduga mengandung formalin ditetesi dengan campuran asam kromatofat, asam fosfat, dan hidrogen peroksida. Jika dihasilkan warna merah keunguan maka dapat disimpulkan bahwa bahan tersebut mengandung formalin (Widyaningsih  yang  disitasi Ramadhan, 2008).

 FORMALIN
Kalo formalin sudah gak asing lagi kan ditelinga kita ndoo?
nih sedikit informasinyaa...

Formaldehid (CH2O) bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon, dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.  Formalin secara normal ada pada konsentrasi yang rendah, umumnya kurang lebih 0.03 ppm di udara dalam dan luar ruangan.  Konsentrasi formalin di daerah pedalaman lebih rendah, sedangkan di daerah perkotaan konsentrasinya lebih besar dari 0.03 ppm. Tingkat keberadaan formalin di dalam ruangan tergantung suhu, kelembaban dan rasio pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan.  Meningkatnya aliran udara dari luar menyebabkan menurunnya tingkat konsentrasi formalin di dalam ruangan.  Bila suhu dan kelembaban tinggi, maka tingkat konsentrasi formalin meningkat.  Sumber formalin di lingkungan yaitu   di dalam kabut yang bercampur asap, rokok dan produksi tembakau, gas untuk memasak dan pemadam api, pabrik kayu dan yang berasal dari rumah tangga seperti gelas fiber, pabrik percetakan serta beberapa bahan pembersih. Tingkat formalin dalam lingkungan mempunyai ciri khas yang baik dan bervariasi, tergantung dari wilayah suatu Negara dan cuaca suatu daerah atau lingkungan perkotaan (CPSC, 1997). 
International Programme on Chemical Safety      ( IPCS ) mengatakan  batas aman  formalin yang dibolehkan adalah 0,2 mg/kg BB.  Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut, maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia.  Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat juga dalam jangka panjang, bisa melalui inhalasi, kontak langsung atau tertelan (Judarwanto, 2000).
Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah Peraturan Menteri Kesehatan No722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No. 68/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia (Anonimus, 2006b). 


oke ndoo, sekian informasi yang ingin anee share ke kalian. semoga bermanfaat. enee berangkat praktikum duluu :D
Salam Karya !!! (Totalitas Berkarya)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar